Menulislah Dengan Hati Maka Semuanya Akan Mengalir Begitu Saja (Resume KBMN30 PGRI Pertemuan ke-17)


Narasumber            : Mutmainah, M.Pd.

Moderator                : Arofah Afifi, S.Pd.

Materi                      : Writing By Hearth


"Penulis tidak pernah dilahirkan, tetapi dia diciptakan. Bakat menulis tidak selalu dibawa sejak lahir, tetapi tumbuh oleh satu motivasi dan gagasan". -Bambang Trimansyah

 "Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari". - Pramoedya Ananta Toer

"Tulisan yang keluar dari hati, akan sampai ke hati pembaca. Tulisan yang muncul dari tangan, hanya akan sampai di tangan pembaca". Cahyadi Takariawan

Tiga kutipan di atas merupakan pembuka dari Ibu Moderator, dilanjutkan dengan prosesi seperti biasanya, berdo'a bersama dan dilanjutkan pemaparan materi dari Narasumber.

Inilah garis besarnya:

Apa itu Writing by Heart

Sejatinya menulis adalah ketrampilan tertinggi setelah membaca dan berbicara. 
Menulis dengan hati artinya jadikan hati sebagai inspirasi saat menulis. 
Jadikan hati sebagai sumber untuk mengolah ide dan inspirasi yang disampaikan melalui tulisan. 
Otak dan pikiran hanyalah alat dari proses menulis yang bersumber dari hati tersebut.

Tips menulis dengan hati




1. Libatkan emosi. 

Emosi yang dimaksud disini adalah emosi yang positif.
Tulis apa saja yang kita rasakan, kita amati, dan kita dengarkan. Tulis semuanya apa adanya, tanpa perlu diedit terlebih dahulu. 
Jika kita menulis sambil mengedit tulisan kita tidak akan jadi. 

Saat menulis libatkan emosi kita. Beri warna dan rasa pada tulisan kita. 
Saat kita menuliskan tentang kesedihan gambarkan kesedihan itu. Bagaimana rasanya sedih, tulis saja seperti kita sedang berbicara curhat pada sahabat kita jika sedang sedih. 
Saat kita sedang marah sampaikan rasa amarah itu dalam kata-kata. Sehingga seolah pembaca merasakan aura kemarahan kita.

Mengapa suasana dan emosi dirasa perlu untuk diolah lalu dituangkan ke dalam tulisan? Karena saat kita menulis dengan memainkan suasana dan emosi, maka tulisan yang dibuat pun akan memiliki rasa sehingga pembaca pun akan menikmati tulisan yang dibuat.

Namun jangan salah menempatkan emosi, apabila kita sedang dalam keadaan marah atau sedih jangan memaksa untuk menulis tulisan yang menyenangkan karena mood nya tidak sesuai dengan ide yang akan dituliskan.

Dalam menulis, jangan ragu untuk menuangkan semua ide yang kita miliki. Anggap saja sama seperti menulis diary namun dengan berbagai bentuk tulisan. Saat sudah terbiasa, menulis pun akan menjadi kegiatan yang menyenangkan dan bahkan membuat candu kepada orang yang melakukannya

2. Libatkan panca indera. 

Tiga sahabat itu meringkuk ketakutan. Di tengah samudra biru, mereka terombang-ambing diatas kapal yang sudah lubang sana sini. Tangan mereka terikat jaring dengan kuat, sementara mulut kelu dalam gigil kedinginan. 
Dari kejauhan
Sesosok makhluk yang besar semakin mendekati mereka. 

Makhluk itu sangat besar, tingginya melebihi pohon kelapa. Badannya sebesar gedung tingkat delapan. Surainya mencuat tinggi berwarna keperakan disinari matahari. Entah makhluk apa yang mereka lihat. Matanya yang merah menampakkan amarah. Makhluk itu menghantamkan ekornya dengan kuat. 
Byuuuurrrr, seketika air laut bergejolak setinggi 30 meter. Baju mereka basah kuyup, rasa dingin bukan masalah terbesar mereka. 
Tapi tatapan marah ikan itu. Ikan itu semakin mendekati mereka. Satu ayunan sirip lagi, akan tiba dihadapan mereka.

Ooh bagaimana nasib ketiga sahabat itu selanjutnya?

Naah bagaimana saat bpk/ibu membaca paragraf ini? 
Tentu kita juga merasakan dingin, dan ketakutan seperti ketiga sahabat itu bukan. 
Jadikan tulisan kita memiliki rasa takut, senang, melalui melihat, mendengar, membau. Libatkan semua panca indera.

3. Tulis sesuatu yang kita sukai. 

Bapak ibu pasti pernah merasa jatuh cinta kan? Bagaimana kita menggambarkan orang yang kita sukai. 
Hemmm pasti paket lengkap untuk mendeskripsikannya. 
Mulai wajahnya  penampilannya, sikapnya. Bahkan senyumnya pun kita bisa melukiskannya dengan jelas. 
Kenapa bisa seperti itu? 
Kuncinya karena SUKA

Jangan menulis sesuatu yang tidak kita sukai. Ibaratnya jika Anda tidak menyukai minum kopi, jangan memaksa minum kopi. Pasti tidak akan menggambarkan kopi itu secara obyektif bukan? 

Intinya tulis sesuatu yang kita sukai. 
Jangan menulis karena terpaksa. 
Ingat tulisan yang ditulis dengan terpaksa hanya akan berupa rangkaian huruf tanpa nyawa. 
Kosong, bisu dan tak membekas di hati pembaca

Menulis adalah soal perasaan. Tidak cukup hanya pengetahuan, seorang penulis harus memiliki pemahaman. 

Pemahaman dimulai dari memahami diri sendiri baru memahami orang lain. 

Penulis yang punya rasa akan menjadi sensitif dan mampu menangkap banyak hal. Efek ke tulisan, tulisannya akan menjadi lebih dalam dan dapat dimaknai oleh pembaca karena menyentuh pembaca. Dengan melibatkan rasa, penulis akan merasakan pengalaman keterlibatan sesuatu yang menggelegak dari dalam dirinya dan hal itu kemudian akan ditangkap oleh pembacanya. Merasa nggak?

Menulis adalah seni. Seni adalah keindahan. Seni adalah kreativitas. Seni juga bisa berarti jalan. Dengan seni, penulis memiliki jalan yang otentik di dalam karya-karyanya yang sulit ditiru oleh orang lain. Jadi hal ini adalah sebuah ciri khas mendalam dari penulis.

4. Jangan Mengharap Pujian. 

Niatkan dalam hati yang pertama kata-kata berikut ini. 
UNTUK APA KITA MENULIS? 

Jika kita menulis hanya karena pujian, orientasi kita bukan pada segi manfaat tulisan kita. 
Tapi semata mata karena ingin dipuji. 
Dan saat tulisan kita sepi dari pujian maka kita akan badmood bahkan malas untuk menulis.

Berbeda  dengan jika menulis semata-mata karena ibadah ingin menebarkan sesuatu yg menghibur, bermanfaat. Dipuji atau tanpa dipuji kita akan terus melaju dengan tulisan kita.

5. Who dan do

Who artinya kenali siapa yang akan membaca tulisan kita. 
Jika kita ingin tulisan kita mengena pada remaja maka posisikan diri kita sebagai remaja. Mulai dari gaya bahasa, topik dan hal- hal yang lagi digandrungi remaja. 
Jadikan diri Bapak/Ibu sebagai pembaca. 
Do artinya pesan apa yang ingin kita sampaikan pada pembaca. Dengan harapan pembaca akan melakukan apa yang kita tulis dan kita harapkan sesuai tujuan tulisan kita.

6. READ AND READ. 
Seorang penulis hendaknya suka membaca. 
Ibarat kendaraan maka membaca adalah bahan bakar seorang penulis. Dengan membaca kita akan kaya akan ide, bahasa dan bahasan menulis.

7. JUJUR

Mulutmu bisa berbohong tapi tulisanmu tidak

kata orang apa yang tertulis tak mampu berbohong bahwa tulisan adalah isi hati penulis, saat matamu bisa berbohong maka tulisanmu tidak, artinya tulisan kita adalah gambaran dari kita

8. Konsisten. 

Poin yang ke 8 ini sangat mudah dikatakan tapi susah dilakukan. 
Ibarat berjalan selalu ada karang yang menghadang
angin badai menerpa, meruntuhkan kesadaran. 
Tapi yakinlah itu semua hanya kerikil tajam sandungan
Kan memperkokoh genggaman tangan dalam satu TUJUAN yakni menjadi penulis


1. Lebih menyentuh pembaca

Tulisan yang dihasilkan dari luapan emosi, akan lebih menggugah pembaca. Sebaiknya tulisan yang datar, akan terasa membosankan.

Saat menulis, Anda tidak hanya memproduksi kata-kata, namun Anda tengah memproduksi rasa. Maka hadirkan perasaan dan emosi positif saat menulis. Instal dalam diri Anda emosi positif sehingga membanjiri diri Anda selama proses menulis. Emosi positif ini akan membimbing untuk terus menerus mengeluarkan kata-kata. Coba rasakan tulisan Anda yang terbimbing oleh emosi positif, pasti sangat berbeda dengan apabila tulisan terbimbing oleh emosi negatif.


2. Ketika kita sedang menulis sebuah novel sepenuh jiwa, maka tulisan tersebut akan memiliki nyawa dan seolah-olah bisa dirasakan secara nyata oleh pembaca. Kita pasti pernah kan membaca sebuah buku yang membuat kita merasa masih larut dalam cerita meskipun sudah selesai membacanya? Bisa jadi penulis buku tersebut sangat menjiwai tulisannya.

3. Lebih mudah menyusun cerita. 

Tentu kita pernah merasakan Writer Block. Tak ada ide menulis. 
Jangankan menulis paragraf. Membuat kalimat saja kadang tak terangkai. 
Maka cobalah menulis dengan hati. 

Tulis semua yang ada disekeliling kita, rasakan dengan indera kita. 
Tulis saja, tanpa mengindahkan kaidah penulisan. 
Tulis seolah kita berbicara. 
Menulislah dengan berbagi rasa lewat abjad, dan menyentuh hati pembaca lewat tulisan.

Selanjutnya Narasumber memberikan tantangan kepada peserta untuk menulis sebuah cerita dari gambar berikut:

Penulis pun mencobanya:
Dengan hanya beralaskan sehelai plastik, anak kecil berusia antara 7-8 tahun tertidur dengan posisi tertelungkup di atas dinginya lantai TPO (Tempat Penyeberangan Orang) yang terbuat dari metal yang tak pelak lagi akan menghantarkan suhu dingin disekitarnya ke tubuh siapa saja yang tertidur diatasnya apalagi hanya beralaskan sehelai kantung plastik.
Tapi entah apa yang terjadi? Anak itu tertidur begitu lelap tanpa terganggu suasana disekitarnya. Mungkin dia sudah merasa saking lelahnya atau bahkan semalaman dia tidak bisa tidur karena kelihatannya dia seorang anak tunawisma yang sebatang kara. Nyatanya ketenangan jiwa itu bukan hanya milik para jutawan yang bisa tidur di atas empuknya kasur yang mahal melainkan terdapat dihati kita yang menerima hidup apa adanya. Buktinya banyak saudagar kaya yang merasakan insomnia dan mengandalkan obat tidur untuk sekedar merasakan mimpi.
Anak ini adalah sebuah bukti bahwa sesungguhnya bahagia itu sederhana, bisa dirasakan siapa saja, dimana saja, kapan saja, dan dalam kondisi apa saja...

Selanjutnya sesi tanya jawab pun mengisi pertemuan ini. Penulis mengutip satu pertanyaan yang paling mewakili yakni:
P 1
Bismillah.
Saya Rosjida peserta KBMN ingin bertanya :
1. Jika kita sedang menulis sesuatu ttg kebahagiaan sedangkan saat kita menulis berada dalam emosi kesedihan,apakah kita harus jeda sejenak atau membayangkan rasa yg sama dengan apa yg kuta tulis?
2. Kata sebagian orang, penulis yg melibatkan jiwanya jika menemui kesedihan dalam hidupnya maka sembuhnya akan lebih lama dari rata-rata kebanyakan orang.
Apakah Ustadah Emut setuju dg hal ini? Bagaimana solusinya agar cepat "sembuh" ?

Makasih Tadah Emut.
Tak lupa makasih Mbak Ovi 🥰
Jawab:
Waalaikum salam Bu Rosjida. Salam kenal
1. Rasa sedih, gembira dan haru semua bersumber dari hati. Hanya berbeda warna. Ibaratnya merah gambaran marah, kuning itu gembira, dan biru gambaran rasa sedih. 
Tidak perlu jeda jika ingin menulis. Kita hanya perlu mengubah warna emosi kita. 
Sejenak lupakan warna biru dan merahmu. Bayangkan keceriaan dan kegembiran. 
Disamping itu akan jadi terapi self healing  yang mengobati kesedihan, tulisan kita juga lebih daoat 'feel' nya

2. Tidak. 
Bahkan penulis memiliki kesempatan sembuh lebih cepat dibandingkan kebanyakan. 
Caranya adalah dengan self healing dalam tulisan. 
Selain menyembuhkan juga akan menghasilkan karya. 

Tak percaya??? 
Coba saja tuliskan kegalauan hati ibu, maka akan segera mereda

Kesimpulan: Menulis dengan hati adalah sebuah kejujuran jadi tips menulis poin nomor 7 (tujuh) adalah kunci dari semuanya. Mengutif sebuah ceramah seorang ustadz yang penulis kenal, beliau membahas tentang mengapa Allah SWT memuliakan seorang Lukmanul Hakim sehingga termaktub dalam nash Alqur'an padahal beliau bukan nabi dan salah satunya adalah karena beliau selalu jujur dalam berkata.

Demikian resume ini semoga bermanfaat.



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kemampuan Penulis Menulis Buku Digital Satu Keniscayaan (Resume KBMN30 PGRI pertemuan ke-16)

Majalah Sekolah Sebagai Panggung Kreasi, Inovasi, kolaborasi dan Informasi (Resume KBMN30 PGRI pertemuan ke-11)

Pemasaran dan Teknik Promosi Buku menuju Motivasi Menulis (Resume KBMN30PGRI pertemuan ke-20)