Melalui Diksi Sebuah Karya Seni Menjadi Lebih Berkarakter (Resume KBMN30 PGRI pertemuan ke-7)
![Gambar](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsBVzbSe0XKzEOHtXE7KWqos2vRCNr6eGFSaoWgTAwfEYbT9kmRR3E-bJf4jJsbLlzxVaJh9wOVSDmEmFk-ILzdDxGEOrc111sm8sKqGQGt0Rrq1jdOBR48BBqhFC6ai_KWKwISdi6I6l3xvUHfiURXL5KHcFg6h6_TAAUL-jsxAWoujEHs7-Xx9d8SaM/s320/77ab0478-5f83-482a-8f55-6634118b18d0.jpeg)
Narasumber : Maydearly Materi : Diksi dan Seni Bahasa Pemateri memulai pemaparanya melalui sebuah pertanyaan : Mengapa Diksi begitu penting dalam kajian sebuah bahasa? Dan jawabanya adalah karena banyak keindahan dari sebuah "kata" melampaui keindahan yang lebih dalam (yang hanya bisa dijabarkan dengan ketajaman naluri/insting seseorang) Secara linguistik "diksi" berasal dari bahasa bahasa Latin: dictionem Kemudian diserap ke dalam bahasa Inggris menjadi diction. Kata kerja ini berarti: Pilihan kata untuk menuliskan sesuatu secara ekspresif. Sehingga memiliki ruh dan karakter kuat, mampu menggetarkan pembacanya. Aristoteles – filsuf dan ilmuwan Yunani yang memperkenalkan diksi sebagai sarana menulis indah. Gagasan dia lebih dikenal dengan puisi namun selanjutnya melebar ke karya sastra genre yang lain. Pada karya sastra drama, William Shakespeare dikenal sangat piawai dalam memainkan diksinya. Seorang penulis akan mampu ber